Di tengah kesibukan di kantor, tiba-tiba saja saya punya pikiran random. Baru saja ada setumpuk pengajuan uang duka bagi karyawan yang orang tuanya meninggal dunia. "Banyak juga ya kali ini..." pikir saya. Dan dimulailah pikiran-pikiran random. Hitung-hitung usia mereka rata-rata 65-75 tahun. Ah, pada umumnya orang Indonesia jaman sekarang memang meninggalnya usia segitu kalau tidak karena kasus khusus. Tanpa bermaksud mendahului Tuhan, tanpa bermaksud melangkahi kehendak Tuhan, saya iseng hitung usia orang tua saya. Tahun ini usia papi 58 tahun dan usia mami 53 tahun. Itu berarti kalau dihitung berdasarkan panjangnya usia orang Indonesia pada umumnya, saya hanya punya waktu kira-kira 15 tahun lagi buat bisa bareng-bareng sama mereka. AAAAAA... 15 tahun itu khan sebentaaaaar... Sampai usia segini aja kadang pengen pulang kok, kangen sama mereka. Menyadari bahwa apa yang saya punya di dunia ini cuma titipan Tuhan, saya langsung komat-kamit "Please Tuhan Pleaseeeeee... Jangan ambil mereka dulu doooong..."
Saya tumbuh sebagai anak yang tergolong cerdas diantara anak-anak seumuran saya, iya... mereka bilang mereka bahagia...
Saya tumbuh sebagai anak yang penurut, sopan, tau tata krama, iya... mereka bilang mereka bahagia...
Saya punya beberapa prestasi meskipun tidak banyak, tapi ya iya... mereka bilang mereka bahagia...
Saya berhasil lulus kuliah tepat waktu dan langsung mendapat pekerjaan yang bisa dibilang mapan, iya... mereka bilang mereka bahagia...
Tapi...
Saya yang ketika kecil suka rewel ga jelas, pasti terkadang bikin mereka ngerasa cape meskipun ga pernah ngeluh...
Saya yang terkadang suka ngejawab kalau dimarahin, pasti bikin mereka sedih meskipun ga pernah bilang...
Saya yang suka manjanya kumat, pasti bikin mereka kewalahan meskipun mereka ga pernah ngeluh...
Saya yang terkadang suka ngomong dengan nada tinggi karena kebawa cape, pasti juga bikin mereka terpukul meskipun ga pernah bilang...
Saya yang suka lama bales sms atau Whatsapp ketika sudah kerja jauh, pasti juga bikin mereka khawatir dan terkadang merasa dilupakan sama anaknya...
Dan sederet kenakalan-kenakalan lainnya...
Mengingat bahwa sabar dan rasa sayang mereka ke saya ga ada batasnya, saya menyadari bahwa apa yang sudah saya upayakan untuk bahagiain mereka itu belum ada apa-apanya. Pikiran random tadi semakin bikin saya deg-degan. Takut mereka belum cukup bahagia karena saya. Meskipun saya ga akan pernah bisa bales kebaikan mereka, tapi saya pengen setidaknya sampai akhir kehidupan mereka nanti saya sudah cukup bisa membahagiakan mereka.
Teringat keinginan-keinginan mereka yang lagi santer mereka dengungkan...
"Kamu kalau ga nyaman sama kerjaanmu keluar aja. Cari kerjaan yang bikin kamu nyaman."
"Kamu jangan sembarangan cari calon suami. Papi mami ga bisa terus nemenin kamu nantinya kamu hidup ya sama dia."
"Kamu harus jadi orang yang berhasil ya jangan malu-maluin keluarga."
"Nanti kamu punya rumah yang bagus ya, Nik biar kamu betah. Kamu khan susah kalau suruh tinggal di tempat yang ya gitulah kamu tau maksud mami."
Papi yang sudah mulai kegirangan setiap ngeliat anak kecil apalagi ngeliat pasangan muda lagi bawa anak kecil pas lagi jalan-jalan. Itu kode keras banget.
Ah, jadi kangen pengen pulang. Rasanya waktu yang dihabiskan dengan mereka jadi begitu berharga kalau mengingat pikiran-pikiran random tadi.
Mudah-mudahan satu per satu bisa saya wujudkan sebelum Tuhan ambil mereka. Jika Tuhan berkehendak pasti jalannya akan dimudahkan. Doa dari mereka untuk saya juga ga kurang-kurang kok. Saya harus yakin bahwa saya bisa bikin mereka bahagia asalkan saya mau berusaha.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar