Selasa, 30 Juni 2015

Hey Kamu, Selamat Ya :)

Hari ini adalah salah satu hari penting buat kamu dan juga teman-temanmu. Hari yang memberikan jawaban atas perjuanganmu selama hampir 6 tahun ini. Hari yang merupakan hari penentuan akan melangkah kemana kamu selanjutnya. Apakah kamu boleh benapas lega karena satu mimpi sudah berhasil kamu raih dan saatnya kamu mulai melukis dan meraih mimpi-mimpi yang lain? Ataukah Tuhan berkehendak kamu masih harus merajut mimpi yang sama karena hasil hari ini tidak sesuai yang diharapkan?

Tiba-tiba pukul 10 pagi handphone-ku berbunyi. Oh, ternyata ada satu pesan singkat dari kamu. Kamu lulus. I am proud of you. Aku berkaca-kaca dan mulai menitikkan air mata. Ya, kamu tahu. Aku lebay seperti biasanya, mudah sekali tersentuh. Rasanya ingin loncat-loncat kegirangan. Aku bilang sama Tuhan, terima kasih atas penyertaan dan bimbingan-Nya untukmu selama ini. Terima kasih karena Tuhan sudah mengabulkan doaku, doamu, dan doa orang-orang yang menyayangimu. Sekali lagi, Tuhan menunjukkan kebesaran dan kebaikan-Nya. Dengan penyertaan-Nya, kamu sudah berhasil mewujudkan harapan besarmu, harapan orang tuamu, dan harapan orang-orang yang menyayangimu.

Selamat karena akhirnya kamu sampai pada kebahagiaan hari ini...
Selamat atas terwujudnya satu mimpi besarmu...
Selamat karena telah berhasil mewujudkan harapan keluargamu...
Selamat karena telah membuat bangga orang-orang yang selama ini menaruh harapan besar untukmu...
Selamat karena untuk yang kesekian kalinya kamu kembali merasakan nikmat Tuhan yang luar biasa di hidupmu...

Mudah-mudahan hari ini menjadi awal yang baik untuk mimpi-mimpimu selanjutnya...
Mudah-mudahan hari ini menjadi pengingat untuk sesekali menoleh ke belakang bahwa tidak mudah untuk kamu sampai pada step ini...
Mudah-mudahan hari ini menjadi cerminmu bahwa masih banyak yang perlu dipelajari di luar sana...
Mudah-mudahan ilmu yang kamu punya bisa bermanfaat bagi banyak orang...
Mudah-mudahan ilmu yang kamu punya tidak membuatmu congkak melainkan tetap rendah hati...
Mudah-mudahan kelak kamu bisa menjunjung tinggi profesimu dimanapun kamu berada...

Sekali lagi, selamat merayakan kebahagiaan atas kabar gembira hari ini dan selamat berjuang untuk mimpi-mimpimu selanjutnya...

I am happy for you  ^.^ /

Senin, 29 Juni 2015

Makna dari "Kalau sudah sampai, kabarin yaa..."

Pernah ngga kamu ngerasa direcokin pasangan karena tiap pergi selalu dikasih pesen, "Kalau sudah sampai, kabarin yaa..." ? Pernah ngga kamu ngerasa direcokin pasangan ketika kamu udah sampai dan dengan sengaja atau memang lupa ngabarin trus pasanganmu sms dan telfon-telfon ga berhenti? Pernah ngga kamu marah-marah sama pasanganmu hanya gara-gara dia menuntut kabar dari kamu? Kalau jawabannya pernah, bolehkah saya mengajukan pertanyaan terakhir? Kamu tulus menyayangi pasanganmu atau tidak?

Sekarang sebaliknya. Pernah ngga kamu ngrecokin pasangan dengan selalu kasih pesen, "Kalau sudah sampai, kabarin yaa..." tiap dia pamit mau pergi? Pernah ngga kamu ngrecokin pasangan dengan sms atau telfon-telfon yang membabibuta karena kalau kamu kira-kira mustinya dia udah sampai tapi kenapa ga ada kabar ke kamu? Pernah ngga kamu dimarahin pasanganmu karena kamu dianggap posesif lah, bawel lah, dan lain-lain hanya karena kamu menuntut kabarnya? Kalau jawabannya pernah, bolehkah saya mengajukan pertanyaan terakhir? Seberapa yakinkah kamu bahwa pasanganmu benar-benar menyayangi kamu?

Apa sih sebenernya makna dari "Kalau sudah sampai, kabarin yaa..." ?

Menurut saya pribadi, pesan itu tidak seharusnya diabaikan oleh pasangan saya dan begitu pula sebaliknya. Apa yang salah dari "Kalau sudah sampai, kabarin yaa..." toh kamu hanya perlu menyisihkan sedikit waktu dan energi untuk sekedar menulis pesan atau telfon singkat, "Aku sudah sampai...".

Jika kamu sudah memasuki "fase rasa sayang" yang cukup tinggi, makna dibalik pesan itu adalah kamu khawatir terjadi apa-apa di jalan, kamu khawatir dia belum sampai tujuan karena suatu hal yang menyulitkannya, dan kamu khawatir sesuatu yang buruk sedang terjadi. Ketika pasangan pamit mau pergi, saya tidak pernah lupa untuk mengatakan itu dan mulai saat itu pun seperti sudah terprogram saya langsung meminta Tuhan untuk menjaganya dari segala macam hal yang jahat dan buruk, supaya Tuhan tetap ada di sampingnya apapun yang terjadi, supaya Tuhan melindunginya dari segala macam marabahaya.

Makna pesan itu tidak lagi terselip ego, misalnya "Oh, kalau ga ada kabar gini jangan-jangan dia sama yang lain!" "Oh, dia selalu lupa sama aku kalau udah pergi tanpa aku!" dan prasangka-prasangka buruk lainnya. Saya pikir bukan saatnya lagi saya punya pikiran kekanak-kanakan seperti itu. Bukan jamannya lagi saya membombardir dia dengan beribu pertanyaan pedas dan judgement, misalnya, "Kamu dimana ngaku!" "Kenapa ga ada kabar! Kamu lagi bohongin aku khan??" "Kamu pergi sama temen-temen atau selingkuh sih?!" dan pertanyaan-pertanyaan childish lainnya.

Pada kenyataannya, jika tidak kunjung ada kabar saya merasa deg-degan dan takut. Bukan deg-degan dia lagi sama yang lain. Bukan takut dia selingkuh. Tapi khawatir dia kenapa-kenapa. Ketika ada pesan singkat, "Aku sudah sampai..." saya langsung lega dan bersyukur karena Tuhan menjaganya. Sudah sampai disitu. Saya tidak menuntut dia untuk ngobrol dengan saya via chat sepanjang waktu di saat dia harus bekerja, dia berkumpul dengan keluarganya, atau dia butuh waktu berkumpul dengan teman-temannya. Hidup ini bukan hanya tentang saya dan dia khan?

Kembali pada pribadi masing-masing. Saya juga tidak bisa memaksa pasangan saya untuk sepaham dengan saya. Saya selalu menjalani apa yang saya yakini itu benar. Namun, jika gayung tidak bersambut, misalnya dia tidak pernah punya inisiatif untuk langsung memberi kabar ketika sudah sampai tujuan padahal dia tahu saya menunggu kabarnya, musti ditanya-tanya lagi demi saya tahu dia baik-baik saja lama-kelamaan saya juga akan mundur. Saya anggap dia tidak sepaham dengan saya. Saya harus mulai sadar bahwa kekhawatiran saya yang lebay itu tidak ada artinya bagi dia. Namun, semua itu pasti akan berpengaruh pada kualitas rasa sayang saya kepada pasangan saya. Ketika saya sudah tidak peduli aktivitasnya lagi. Ketika saya sudah tidak bawel lagi meminta kabar. Ketika saya sudah menyerahkannya kembali kepada Tuhan karena saya sudah cukup lelah berjalan bersama dengan pasangan yang tidak sepaham dengan saya. Sampai saat ini, saya masih beranggapan bahwa pada saatnya nanti, semua orang akan melakukan hal yang sama dengan apa yang saya lakukan di atas jika dia sudah merasa menemukan pasangan yang tepat. Saya pun berharap siapapun nanti yang akan jadi pasangan hidup saya, memaknai pesan, "Kalau sudah sampai, kabarin yaa..." persis seperti saya memaknai pesan tersebut. Tulus. Tanpa merasa ngrecokin dan direcokin.

Kamis, 25 Juni 2015

Romantis Itu...

Sebagian besar cewe punya standart romantis yang nyaris sama. Menurut mereka romantis itu apa? Kata mereka, romantis itu ketika pacar tiba-tiba kasih surprise yang bawain bunga lah, bawain kue lah, kirim puisi romantis, sampai kasih rekaman lagu yang dia nyanyiin khusus buat si cewe, daaaan masih banyak surprise-surprise so sweet lainnya.

Saya? Siapa bilang saya ga suka dikasih surprise? Siapa bilang saya ga suka kue dan boneka? Sekali-sekali juga pengen tapi apa daya ga pernah punya pacar romantis. Hahahahaaa... *ngenes banget lho, Line!

Tapi masalahnya standart romantis saya memang beda. Mungkin itu juga yang bikin pacar-pacar saya males kasih-kasih suprise yang begituan karena hanya akan berbalas dengan, "Makasiiih..." dengan nada riang yang terkesan dipaksain dan poker face. (Eh, padahal saya uda berusaha banget ngeluarin ekspresi riang gembira dan kaget loooh! Tapi yang keluar malah poker face saya... Huhuhuuu...) Yang merasa pernah menghujani saya dengan surprise-surprise itu, please jangan ngerasa saya ngga menghargai, beneran saya bahagia saya seneng tapi saya memang ga ekspresif! Trust me! Hahahaaa... Tapi tindakan-tindakan seperti itu cuma tindakan yang menciptakan kebahagiaan sekejap saja. Itu kalau saya sih yaaa...

Jadi apa dong standart romantis saya? Yang bikin saya sok-sokan manja... Yang bikin saya senyum-senyum ga jelas... Yang bikin saya pengen treat pasangan lebih baik lagi...

Romantis itu...
Ketika dia ngeliat mata saya dalem dan ga lama kemudian senyum sambil cubit pipi saya atau usap-usap rambut saya...

Romantis itu...
Ketika dia menyelesaikan aktivitasnya sampai larut malam tapi sempat menghampiri saya hanya untuk membawakan makanan atau es krim favorit saya sambil bilang, "Ini dimakan ya... Pasti kamu laper..." Sambil ngeluarin senyum mautnya dan seperti biasa usap-usap rambut lalu cium kening saya.

Romantis itu...
Ketika dia bertanya, "Kamu pulang les jam berapa?" "Oh, uda malem. Aku yang jemput aja." Padahal di sisa waktunya yang sedikit di hari itu bisa saja dia memilih untuk istirahat.

Romantis itu...
Ketika kita mau pisah, dia cium kening saya lalu bilang, "Hati-hati... Kabarin..." atau "Semangat kerjanya!" sambil ngeliatin dengan tatapan hangatnya.

Romantis itu...
Ketika di tengah kesibukannya dia sempat mengirimkan pesan singkat, "Miss you..." dan sukses bikin saya senyum-senyum seharian dan menyelesaikan pekerjaan jauh lebih banyak dari biasanya (yang ini ga lebay, seriusan!). Tapi meskipun saya suka kata-katanya yang begitu, jangan harap saya suka digombalin sama banyak orang ya! Saya paling pinter bedain mana gombalan main-main dan mana gombalan yang tulus. Uda kebal sama yang begituan! 

Kata artikel, cewe libra memang paling suka diperlakukan dengan manis oleh pasangannya. Ah, saya ga peduli mau kata zodiak, mau kata ramalan, atau apalah itu! Yang penting saya suka hal-hal di atas karena itu bukti nyata bahwa pasangan peduli dengan saya ga cuma kalau lagi ada maunya dan memang dia tulus melakukan itu. Mata ga akan pernah bohong khan?! Saya lebih suka tindakan nyata yang meskipun ga bisa disimpan tapi bisa dirasakan ketimbang dapet barang yang meskipun bisa disimpan tapi efeknya hanya sesaat.

Ternyata hal yang bagi sebagian besar orang itu romantis, bagi sebagian orang itu biasa saja. Sebaliknya, yang bagi sebagian besar orang biasa saja, ternyata bagi sebagian orang lagi itu romantis. Tinggal pandai-pandainya kita untuk mengenali pasangan kita masing-masing.

So, sudah membahagiakan pasanganmu hari ini?

Selasa, 23 Juni 2015

Peperangan Hati

Dua hari yang lalu saya mendapat sms yang ga ngenakin dari salah satu pengurus serikat pekerja. Oh iya, saya belum cerita. Jadi saya saat ini bekerja sebagai HR Section Chief di salah satu perusahaan textile manufacturing di Bandung. Pekerjaan ini salah satunya menuntut saya untuk sering-sering bernegosiasi dengan serikat pekerja yang terkadang asyik diajakin diskusi, kadang suka ngajakin berantem, tapi terkadang mereka juga lucu menggemaskan. *cross fingers*

Dari awal saya sudah tahu bahwa risiko bekerja di posisi ini adalah dibenci karyawan, mendapat perlakuan tidak mengenakkan, dan ujian-ujian kesabaran lainnya. Saya juga tahu betul bahwa hal-hal tersebut tidak mudah dijalani buat pribadi seperti saya. Saya yang sensitif... Saya yang ngga sabaran... Saya yang ga pinter mengelola emosi... Saya yang masih suka kebawa-bawa mood apalagi kalau lagi PMS. Tapi kenapa dua setengah tahun yang lalu akhirnya saya memutuskan untuk mengambil pekerjaan ini? Saya pikir saya harus keluar dari zona nyaman saya. Saya seharusnya tidak tinggal di lingkungan yang rasa-rasanya selalu bersahabat dengan saya. Saya butuh lingkungan untuk melatih manajemen emosi, belajar untuk tidak tergantung mood, dan lingkungan yang bisa membuat saya lebih sabar menghadapi berbagai macam hal.

Kembali ke cerita yang tadi. Pasca kejadian itu, saya bertekad untuk tidak lagi berhubungan dengan orang tersebut secara langsung. Saya juga bertekad untuk tidak akan pernah memaafkan orang tersebut sampai kapanpun. Selama ini, dia sudah berkali-kali berbicara tidak mengenakkan yang sifatnya agak pribadi dan saya tidak bisa tolelir itu. Senin shubuh saya curhat dengan seseorang tentang kejadian itu. Dia hanya tertawa kecil dan berkomentar "Kamu yang sabar yaa..." Kemudian hari Senin itu juga waktu saya dalam perjalanan ke kantor, saya berubah pikiran. Saya berpikir untuk memaafkan saja orang itu. Namun, tetap membatasi untuk tidak terlalu sering berkomunikasi dengan orang itu supaya tidak banyak konflik. Saya pun langsung chat via LINE "Aku berubah pikiran. Aku mau maafin orang itu ajalah... Aku pikir ga ada manfaatnya klo aku dendam sama orang itu." Lalu dia menjawab, " Iya, Line... Maafin... Ikhlasin..." Tapi setelah itu, saya tetap melapor ke manajer saya tentang apa yang sudah terjadi dan apa latar belakang masalahnya supaya tidak terjadi salah paham.

Akhirnya hari ini saya harus bertemu dengan orang tersebut karena manajer saya bilang masalah seperti itu harus segera diselesaikan supaya tidak berlarut-larut. Setelah bertemu dengan orang itu dan diminta menyampaikan apa yang ingin saya sampaikan, kembali saya teringat tentang semua kata-kata tidak mengenakkan yang pernah ditujukan untuk saya. Seketika itu juga ego saya berkuasa. Saya keluarkan semua uneg-uneg saya dengan nada bergetar dan mata berkaca-kaca. Yang bikin emosi? Dia jawab enteng, " Oh, kalau menurut Bapak dan Ibu itu dianggap salah, saya minta maaf." Fine! Dia merasa semuanya itu ga ada yang salah. Mungkin wajah saya terlalu unyu untuk dihargai mentang-mentang dia udah jauh lebih tua dari saya.

Well, I think I change my mind. Saya maafin tapi saya tidak akan pernah mau berhubungan langsung dengan orang itu meskipun urusan pekerjaan. Itu ikhlas namanya? Unfortunately, no. Tuhan, saya masih belajar untuk terus memperbaiki diri. Saya masih tidak mudah untuk ikhlas. Saya masih harus banyak belajar. Mudah-mudahan suatu hari nanti, saya bisa lebih ikhlas dan sabar dalam menerima semuanya. Kelak mudah-mudahan saya akan bisa berkata kepada dia, "Terima kasih sudah mengajarkan arti ikhlas dan sabar. I've got it!"

Mereka yang bikin kamu kecewa... 
Mereka yang bikin kamu sakit hati... 
Hanya media yang dipakai Tuhan untuk mengajarkan sesuatu... 
Supaya kamu semakin pantas di hadapan-Nya...

Senin, 22 Juni 2015

Hikmah Puasa

Hari ini sudah hari kelima puasa. So far so good...
Akhirnya tahun ini saya memutuskan untuk ikutan puasa setelah beberapa kesempatan terlewatkan begitu saja. Hari pertama berjalan sangat lancar karena masih semangat '45. Hari kedua agak ada godaan, maklum cewe ada masa-masa PMS. Ga ada angin, ga ada hujan bawaannya pengen marah. Ada yang kerja ga bener dikit, langsung bawaannya pengen comment. Uda gitu, saya kalau kasih comment pas lagi PMS nadanya ga ngenakin. Uda sempet keceplosan agak nyolot ke salah satu staff (batal ngga ya?!). Abis itu nyadar, "Ya ampuuuun... tahan! Tahan!" dan berakhir dengan curcol via LINE "Aku harus nahan-nahan biar ga emosi mulai hari ini.. Tanggal-tanggal segini aku sensitif... Hahahaa... Pantesan dari tadi bawaannya pengen banting-banting apapun gitu... Liat kalender ternyata tanggal 20." dan berakhir dengan sepenggal semangat dari dia "Hahaha... Cie pms yaaa... Ayo ditahan-tahan, berarti godaannya lebih berat ini..." Abis chat singkat itu, saya berusaha untuk bisa menghadapi siapapun dengan sabar.


Sepulang dari kantor, langsung jalan kaki cari takjil karena kalau nanti uda di kos bawaannya males keluar lagi. Jalan... Terus jalan... Jalan lagi... Ini pada kemana ya yang jualan takjil? Akhirnya setelah jalan kaki agak jauh, ketemu deh ada yang jualan macem-macem kolak, es campur, dan sop buah. Saya memutuskan untuk ga cari-cari lagi, berhenti disitu, trus langsung pesen sop buah sama gado-gado. Saya butuh serat! HAHAHA! Pas nunggu dibikinin sop buah sama gado-gado, saya cuma duduk ngeliatin jalan. Sambil bengong, saya flashback puasa dua hari itu yang uda saya jalanin, tiba-tiba mata saya berkaca-kaca dan hati saya bergetar. Saya bersyukur bisa melewati dua hari itu dengan cukup baik. Ternyata puasa ga cuma belajar prihatin menahan nafsu makan dan minum (yang seringkali membabibuta). Puasa juga bikin makin sabar, makin males ngomong ga penting yang terlalu banyak. Puasa juga bikin makin merasa "dipeluk" Tuhan dan semakin sering inget Tuhan di setiap kesempatan. Rasa yang uda lama banget ga saya rasain.



Ternyata selama ini saya rindu...
Rindu memeluk Tuhan...
Tuhan tidak pernah absen memeluk saya...
Tapi saya rindu...
Rindu merasa dipeluk Tuhan...


Setelah perenungan sore itu, saya makin menggebu-gebu untuk menjalani puasa saya lebih sungguh-sungguh. Mudah-mudahan bisa tahan dari berbagai godaan sampai akhir puasa nanti. Selamat menunaikan ibadah puasa bagi teman-teman yang menjalankan! Tuhan Memberkati :) 

Sabtu, 20 Juni 2015

Hello, World!

Ah, senang sekali... Akhirnya blog ini lahir juga. Sudah lama sekali saya mengimpi-impikan punya blog sebagai media untuk menulis apapun yang ingin saya bagi ke orang lain atau sekedar mengekspresikan perasaan yang sedang saya rasakan. Sejak duduk di bangku SD saya sudah sangat familiar dengan yang namanya diary hingga saya duduk di bangku SMA. Mungkin itu juga salah satu sebab mengapa saya jauh lebih suka menulis daripada berbicara langsung. Sekarang saya menemukan diary itu lagi. Bedanya kalau dulu diary saya gembok supaya tidak dibaca orang lain, sekarang saya bikin blog ini supaya tulisan saya tidak hanya saya nikmati sendiri namun juga bisa dinikmati oleh banyak orang.

Mudah-mudahan blog ini tidak hanya media untuk saya bisa mengekspresikan diri namun lebih dari itu bisa memberikan manfaat bagi semua pembaca ya! Saya akan sangat senang jika ada yang berkenan memberikan masukan, pendapat, atau tanggapan atas tulisan-tulisan saya nanti. Enjoy :)