Sabtu, 31 Oktober 2015

Apa sih Rencana Tuhan Sebenarnya?

Saya sudah meminta kepada Tuhan untuk bisa bekerja di sebuah hotel berbintang sebagai HRD selama lebih kurang tiga tahun dan doa itu sampai detik ini masih belum terjawab. Sudah puluhan lamaran kerja yang saya layangkan ke berbagai hotel yang hampir semuanya tidak berbalas. Ada satu dua yang memanggil saya tapi akhirnya tidak "happy ending". Akhirnya, saya bikin batas waktu daripada saya menunggu hal yang tidak kunjung pasti. Ketika bulan November 2015 sudah berakhir, saat itulah saya harus berhenti berharap.

Entahlah apa yang membuat saya masih ngarep aja sampai sekarang padahal jelas-jelas ga dikasih terus sama Tuhan. Kalau lagi terlalu selo, saya suka sebel sendiri. Maksud Tuhan ini apa sih??? Pembicaraan dengan seorang teman, memberikan pandangan lain untuk saya. Dia bilang begini, "Line, menurutmu Tuhan belum jawab ya? Kok kalau menurutku doa 3 tahun dan hasilnya macem gini artinya Tuhan bilang engga ya?!" Perkataannya yang sambil lalu itu bikin saya mikir berulang kali. "Iya juga ya? Tuhan ga kasih kali ya?" Tapi tetep aja masih defense dan ngarep banget bisa terkabul suatu saat. Kali ini saya bener-bener hampir nangis, gemes, sebel sama Tuhan. Apa sih maunya Dia??? Minta kerja di hotel aja susah banget ngasihnya???

Saya yakin suatu saat saya bakal tahu maksud Tuhan di balik ini apa. Tapi saya mau sekarang Tuhan, saya mau sekarang. Saya penasaran kenapa hotel menjadi tempat yang paling saya inginkan sekaligus tempat yang paling Engkau jauhkan dari saya. Sesederhana orang tua yang lagi ngelarang anaknya, "Nak, jangan terlalu banyak makan permen!" "Kenapa, Bunda?" "Kalau terlalu banyak makan permen nanti giginya sakit." Saya juga mau penjelasan seperti itu, Tuhan.

Dari seabreg mimpi-mimpi saya yang meminta untuk direalisasikan, sejujurnya saya masih ngebet sama mimpi yang satu itu. Tapi Tuhan, jika memang nanti akhir November saya ga dapet juga, Insya Allah saya tahu maksud di balik ini apa. Mudah-mudahan saya makin peka dengan kehendak-Mu. Di tengah ketidakpastian ini biarkan saya tetap dekat dengan Engkau hingga akhirnya saya pun ikhlas dengan segala rencana Tuhan untuk saya. Amin.

Rabu, 21 Oktober 2015

Balada LDR

Long Distance Relationship hahahahahaaaa... Denger namanya aja udah pengen ketawa sambil nangis-nangis lucu. Jarak membuat semuanya serasa hiperbolis, guys! And it's true!

Dulu saya pernah menjalani LDR selama lebih kurang 1,5 tahun. Setelah melewati usia pacaran lebih kurang 3 tahun. Pada awalnya dipenuhi berbagai macam drama yang ngambek kalau ga ada kabar lah, yang ngambek kalau telfon ga diangkat cepet lah, dan lain-lain. Ngebayangin ya kalau disana dia beneran kerja? Ih, jangan-jangan dia lagi jalan sama cewe? Dia lagi ngapain sih ga ada kabar, pasti macem-macem deh! Namun seiring berjalannya waktu, sebulan dua bulan semuanya kembali normal. Kami saling mengerti kesibukan masing-masing, kami mulai mengenal pola aktivitas masing-masing dan akhirnya kami menemukan waktu yang pas untuk "bertemu" via telepon tentunya, yaitu malam hari di atas jam 9 malam ketika sama-sama sudah tidak beraktivitas. Tentunya dengan sedikit pengorbanan, misalnya saya tahu kalau di atas jam segitu saya selalu telfonan ya saya ga akan main sama temen-temen terlalu larut malam harus pinter bagi waktu mana buat temen dan mana buat dia. Saya ga boleh egois, komunikasi yang baik harus selalu terjaga. Itu khan senjatanya pejuang LDR?!

Setelah lamaaaa ga tatap muka biasanya mulai ada pertengkaran-pertengkaran kecil yang kuantitasnya makin tinggi dan saat itulah dia tahu kita memang harus ketemu. Biasanya dia suka mendadak bilang "Besok aku pulang deh, kamu kayaknya udah pengen ketemu aku banget. Hehe... Ga cuma kamu sih, aku juga kangen..." KYAAAA!!! Seneng luar biasa. Kita memang ga bisa tiap bulan ketemu seperti yang seringkali pasangan-pasangan lain lakukan. Dia sedang merintis karirnya dan saya sibuk dengan skripsi saya dan kami komit untuk fokus dengan tujuan kami masing-masing. Tapi ya seperti yang sudah saya bilang tadi, ketika memang harus waktunya ketemu ya kami ketemu untuk memupuk kembali hubungan kami.

Kami menjalani LDR dengan cukup baik. Meskipun ada up and down tapi itu hanya kerikil, tidak ada masalah yang terlalu besar yang kami hadapi. LDR membuat kami belajar untuk semakin ga egois, untuk ga terlalu cuek (terutama saya), untuk belajar meyakinkan pasangan bahwa kita masih miliknya satu-satunya, untuk membuat pasangan tenang bahwa kita ga lagi macem-macem kok. LDR itu baik untuk menguji kualitas hubungan kita. Apakah kita benar-benar bisa menjaga status yang baru sekedar "pacaran" meskipun kita ga bisa saling bertatap muka dan ga bisa sama-sama terus?

Lain halnya kalau ceritanya begini...

Kamu menjalin hubungan dengan seseorang layaknya orang pacaran tapi bukan. Hubungan kalian baru seumur jagung, kalian masih dalam tahap saling mengenal satu sama lain, dan mendadak harus saling berjauhan. Boro-boro ga ketemu sebulan, ga ketemu seminggu aja rasanya menyiksa. Apalagi kalau dia terkesan untuk ga tertarik chat panjang sama kita di saat orang lain pada umumnya kalau masih baru ya pasti demen chat panjang gitu, ga bisa tiap hari telfon, dihubungin juga susah jarang diangkat, sebaiknya kamu hijrah ke laut saja kalau ga mau ngerasain yang namanya makan ati. HAHAHAHA!

Yang sering terlintas di pikiran adalah dia lagi pergi sama siapa ya? Dia seneng kali ya aku ngga ada, bisa bebas ngapain aja tanpa aku? Aku itu cuma salah satu dari sekian banyak yang punya hubungan kayak gini sama dia kali ya? Ditelfon ga diangkat, kayaknya dia lagi telfonan sama yang lain deh! Yang berakhir dengan drama, "AKU TUH NGGA BISAAAAA DIGINIIN" *ok, fix! Udah kekinian banget macem anak gaul jaman sekarang!

Menurut saya, LDR lebih berat dijalani oleh orang-orang yang hubungannya tanpa status. Di tengah ketidakjelasan hubungan ditambah dengan pikiran-pikiran hiperbola karena terpisah oleh jarak akan menjadi formula yang mujarab untuk gigit jari dan nangis sendiri di pojokan oh atau boleh deh nangis di bawah shower kalau punya shower. Hehehehe... Tapi kembali lagi ya, dia ga salah! Kalau dia cuek sama kamu, ya kamu lah yang harus tahu diri. Kalau dia ga terlihat mau fight sama hubungan ya kamu yang harusnya pikir ulang. Kamu juga punya kehidupan yang jauh lebih luas daripada sekedar mikirin dia sepanjang hari. Kalau kamu punya waktu luang akan kamu pakai untuk ngobrol sama dia tapi sebaliknya waktu luang yang dia punya mendingan dipakai melakukan hal lain daripada cuma ngobrol sama kamu (yang mungkin bagi dia terkadang membosankan), kamu bisa apa? Daripada meratapi nasib kenapa usaha kita untuk menjalin komunikasi dengan baik tidak direspon sesuai harapan mendingan pikir ulang apakah benar bahwa dia orang yang seharusnya kamu tunggu? Jika jawabannya ya, kenapa kamu tidak berpikir positif saja bahwa dia ga akan kemana kok dia cuma butuh "me time" selain bekerja dan menjalin hubungan sama kamu toh tiap hari selalu ada kabar dari dia meskipun minim. Tapi jika jawabannya tidak, kenapa sekarang kamu masih duduk galau ga jelas mikirin dia?

Pada dasarnya, respon kita terhadap stimulus yang berpengaruh terhadap diri kita sendiri. Jika pasangan kita terlihat cuek, kita bisa memilih untuk menyibukkan diri juga supaya ga terlalu kepikiran sama sikapnya. Respon seperti itu bisa bikin kita merasa lebih baik daripada kita memilih untuk berpikir keras kenapa dia cuek jangan-jangan gini jangan-jangan gitu yang belum tentu benar.


Bukan perbuatan orang terhadap kita yang dapat menyakiti kita. 
Pada dasarnya, respon yang kita pilih terhadap perbuatan mereka itulah yang menyakiti kita. 
Stephen R. Covey

Rabu, 07 Oktober 2015

Memuji Orang Lain di Depan Pasangan Tidak Dilarang, Tapi Ada Etikanya

"Sayang... si Alice itu kalem banget yaah orangnya... Suka deh liatnya..."
"Itu temenmu namanya siapa sih, Sayang? Oh, Bella ya! Dia pinter dandan ya, udah gitu anaknya rame gampang deket sama orang..."
"Aku ada temen yah (cewe, ngga disebut namanya) dia itu orangnya hebat looh... Meskipun dari keluarga broken home tapi dia ga terjebak pergaulan bebas. Dia malah pinter banget kuliahnya trus aktif juga di organisasi. Trus trus yaaa dia tuh cerita kalau bla bla bla..."

Dan pujian itu diulang terus beberapa kali untuk orang yang sama sampai dia bosen muji dan beralih muji cewe yang lain lagi.

Kamu muji beraneka ragam tipe cewe-cewe di dunia hampir setiap kamu ketemu sama pasanganmu. Sekali-kali bisa khan ya muji cowo?  Kenapa cuma kebaikan cewe aja ya yang keliatan? Saya heran.

Orang bilang baiknya kita membicarakan hal-hal baik dari orang lain dan jangan mencari kejelekan. Itu benar. Tapi semua yang berlebihan itu tidak baik khan? Misalnya, berlebihan memuji cewe lain di depan pasanganmu. Pernah mikir ngga bahwa pasanganmu sekali-sekali pengen jadi seseorang yang kamu kagumi juga? Sekali-sekali mungkin dia merasa minder dengan seabreg temen cewe yang kamu puja-puja itu? Sekali-sekali mungkin dia merasa apa dia ga cukup ok buat jadi pasanganmu sampai harus mendengarkan pujianmu yang agak berlebihan ke cewe-cewe itu? Sekali-sekali pengen merasa juga bahwa dia cukup spesial di mata kamu? Atau kalau tujuanmu pengen kasih masukan ke cewemu, ya langsung aja nasihatin baik-baik ga usah kasih contoh dengan memuji cewe lain secara berlebihan. Atau sebenarnya masalahnya simple, cewe kamu lagi sensi aja karena lagi PMS dan kamu malah membangunkan macan tidur dengan melakukan hal annoying kayak gitu. Oh, come on guys! Kalau cewemu ga kurangajar, kalau cewemu ga macem-macem, please jangan keterlaluan...

Terkadang pujian itu ga selalu harus di-share dan cukup disimpan dalam hati saja. Terkadang kamu perlu menahan ego demi menjaga perasaan pasanganmu. Apa adanya memang perlu tapi saling menjaga perasaan juga perlu. Sekali-sekali memuji pasangan sendiri kayak waktu jaman-jaman PDKT juga perlu. Itu yang seringkali hilang dalam suatu hubungan. Semakin lama menjalin hubungan, semakin terbiasa sama-sama, semakin merasa bahwa memberi pujian itu bukan hal yang penting lagi pikirnya "Toh dia sekarang udah jadi pacar saya".

Flirting-flirting itu mengasyikkan (apalagi buat cowo yang suka sama hal-hal visual). Memulai hubungan baru itu seru. Mempertahankan hubungan? Itu yang sulit.