Senin, 30 November 2015

Adakah yang Kebetulan di Dunia Ini?

Tadinya saya pikir ada. Banyak sekali hal-hal yang kebetulan di dunia ini. Tapi ternyata semakin lama menjalani hidup, saya makin ngerasa semua itu hanya "seolah-olah" kebetulan. Tuhan sudah mengatur. Semua sudah diatur dengan begitu rapi dan sarat pertimbangan.

Saya terlahir di Klaten sebagai seorang anak sulung yang begitu berlimpah kasih sayang dari ayah dan ibu. Jika sakit, ayah selalu sangat khawatir dan ibu saya meskipun nampak masa bodoh namun diam-diam menyediakan segalanya untuk saya. Ayah yang selalu siap mengantar anak perempuannya kemanapun pergi sampai saya sudah bekerja sekalipun, ibu yang suka jutek namun selalu perfect dalam menyediakan segala sesuatu untuk keluarganya, ayah yang mengajarkan untuk bisa berpikir dengan hati lebih sering dan ibu yang mengajarkan bahwa logika itu penting sebagai pertimbangan mengambil keputusan.

Apakah itu kebetulan?
Tidak, semua itu menjadikan saya ya saya yang seperti sekarang. Saya yang manja, suka minta diperhatiin, ngerepotin pasangan saya karena berharap dia akan memperlakukan saya sama seperti ayah memperlakukan saya. Namun, di saat lain saya bisa jadi berubah menjadi manusia yang sok ga butuh orang lain, mandiri, menyiapkan semuanya sendiri seperti yang saya lihat pada diri ibu saya. Terlahir di Klaten? Kota kecil yang tenang, ga aneh-aneh, dan mengajarkan saya kesederhanaan. Mendorong saya untuk explore dunia luar, hidup merantau dengan harapan mendapatkan hal baru yang ga bisa saya temukan di Klaten karena Klaten bagi saya atmosfernya terlalu santai untuk mencari sesuap nasi sedangkan saya hobi dengan lingkungan kerja yang cukup menantang dan menuntut target harus segera terpenuhi. Namun di tengah dunia yang makin aneh-aneh ini, saya masih cukup lekat dengan ke-Klaten-an saya yang risih kalau terlalu berbuat aneh-aneh.

Ketika masuk SMA, saya sempat berpikir ingin masuk kelas akselerasi saja karena sekolah saya sangat membosankan. Tidak ada ekstrakurikuler tari, musik, dan sebagainya. Pada saat masa orientasi, hanya ditawarkan Mathematic Club, Biology Club, etc. WHAAAAAT??? ARE YOU KIDDING ME??? Di kelas udah belajar banyak-banyak dan sepulangnya dari sekolah masih harus bercengkerama dengan soal-soal itu? Engga deh, makasih. Tapi akhirnya, ketika ditawarkan masuk paskibra sekolah saya pun mencoba bergabung dan batal masuk kelas akselerasi.

Apakah itu kebetulan?
Tidak, saya yang sangat membenci olahraga perlahan senang menjalaninya. Tiap hari harus latihan, masih dihukum push up, sebelum latihan harus lari-lari keliling lapangan untuk pemanasan. Impian saya untuk punya badan lebih berisi (meskipun dikit) akhirnya kesampean gara-gara aktivitas latihan paskibra itu. Sumpah, sebelumnya saya cungkring ga kira-kira. Selain itu, karena paskib akhirnya saya bertemu dengan sahabat saya yang sampai sekarang masih keep in touch. Sahabat yang baik hatinya ga kira-kira, dulu suka nganterin pulang tiap abis latihan paskib, akhirnya setelah sama-sama kuliah di jogja masih suka main bareng baru setelah kerja kita bener-bener pisah. Budi namanya.

Waktu SMA, saya sempat galauin karir. Tadinya dari kecil ngebet banget pengen jadi dokter. Setelah ada praktik ambil darah, saya langsung ngacir ga mau masukin jarum maupun dimasuki jarum. Saya ga bisa ambil darah gitu. Bukan karena darahnya, tapi jarumnya. Saya pikir ulang tentang cita-cita saya. Akhirnya, ayah saya menemukan satu tempat di Jogja yang menyediakan jasa psikotes untuk penggalian potensi diri dan pertimbangan penentuan karir.

Apakah itu kebetulan?
Tidak, setelah hasilnya di daftar karir salah satunya adalah psikologi. Pak Eko dari lembaga itu bilang ke saya, "Besok kalau kamu jadi kuliah psikologi, magang aja disini. Kamu bisa ngetes-ngetes sama training di sini. Banyak belajar." Saya ingat terus pembicaraan itu. Akhirnya setelah saya semester lima, saya bener-bener mendaftar untuk magang di Gloria Edukasindo dan saya banyak mendapat ilmu yang berharga disana. Tempat itu pula yang jadi perhentian saya saat ini selepas saya resign dari tempat kerja saya yang terakhir.

Ketika pemilihan dosen pembimbing skripsi, saya berharap banget dapet satu dosen pembimbing satu itu. Saya ngerasa dia detail, pinter, topik saya sesuai dengan bidangnya, dan nyambung kalau ngobrol. Ternyata saya dapet dosen pembimbing yang lain, saya langsung nangis sejadi-jadinya. Saya bete. Tapi mami bilang, "Tuhan punya rencana."

Apakah itu kebetulan?
Tidak, Tuhan bener-bener luar biasa. Melalui Romo Pri, dosen pembimbing skripsi saya, Tuhan kabulkan doa saya. Waktu itu saya berdoa, "Tuhan, saya mau lulus kuliah tepat waktu." Romo Pri tidak hanya sekedar membimbing saya dengan berbagai teori tapi juga rajin untuk menanyakan progress saya, menyediakan banyak waktu untuk saya (di saat dosen lain sibuk dengan proyeknya sendiri), dan saat itu beliau harus buru-buru pergi ke luar negeri untuk dinas disana sehingga saya harus cepat-cepat menyelesaikan skripsi saya. Di tengah bimbingan skripsi pun, saya masih dapet bonus curhat gratis ke Romo. Alhamdulillah, saya bener-bener lulus tepat waktu. Saya bilang ke mami dan ke banyak orang, "Iya, Tuhan bener-bener perencana yang baik dan menjawab doamu di waktu yang tepat."

Pada saat melamar pekerjaan, salah satunya saya melamar melalui jobsDB. Saya tidak pernah melamar lowongan pekerjaan yang tidak mencantumkan nama perusahaan karena menghindari penipuan. Entah kenapa, ternyata saya mendaftar salah satunya sehingga ketika ditelfon saya bilang saya tidak mendaftar tapi akhirnya saya datang interview juga.

Apakah itu kebetulan?
Kejadian salah lamar itu sama sekali ga kebetulan. Tuhan kembali menjawab doa saya. Dari dulu ketika ditanya, saya pengen kerja dimana saya selalu menjawab, "Manapun lah yang penting di Bandung." Dan jika saat itu saya tidak salah lamar, tidak ada perusahaan di Bandung yang saat itu membuka lowongan yang sesuai keinginan saya. Singkat cerita, bekerjalah saya di Bandung dengan peluang kerja yang ok. Saya banyak belajar di tempat kerja tersebut.

Guys, itu baru sedikit contoh kejadian yang membuktikan bahwa semuanya itu tidak ada yang kebetulan. Saya mengimani dan meyakini bahwa Tuhan sudah merancang hal yang baik untuk umat-Nya. Dia menjawab doa yang Dia anggap baik dan mengganti permohonan yang kurang baik dengan hal yang lebih baik.

Saat ini kita boleh bingung, boleh marah, boleh sedih dengan apa yang sedang menimpa kita. Tapi mari kita sama-sama mengimani bahwa Tuhan akan selalu memberikan yang terbaik bagi kita semua meskipun cara-Nya tidak mudah untuk kita mengerti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar