Jumat, 19 Agustus 2016

Dirgahayu Indonesiaku

Ulang tahun. Momen ulang tahun seringkali menjadi kesempatan dimana kita bisa bersenang-senang merayakan kebahagiaan bersama orang-orang tersayang. Menikmati euphoria sehari menjadi raja atau ratu yang diberi ucapan selamat pada hari itu. Kesempatan untuk bersyukur karena masih bisa merayakan ulang tahun. Bersyukur karena masih diberi nafas hidup dari Yang Maha Kuasa. Bersyukur karena masih bisa menikmati berkat Tuhan dari hari ke hari. Terlepas dari itu semua, momen ulang tahun membuat kita tersadar bahwa sudah sejauh ini kita hidup dan sudah sejauh ini kita melangkah. Apa yang sudah kita perbuat hingga detik ini? Layakkah semuanya di hadapan Tuhan? Bermanfaatkah untuk hidup kita dan orang-orang di sekeliling kita? Rasa syukur dan penyesalan seakan menjadi satu paket di hari itu. Penyesalan bahwa ternyata selama ini lebih banyak waktu terbuang untuk hal yang sia-sia. Penyesalan bahwa ternyata kita belum cukup memberi manfaat untuk orang-orang di sekitar kita.

Rabu, 17 Agustus 2016. Ulang tahun Kemerdekaan Bangsa Indonesia menjadi buah bibir di seluruh penjuru negeri. Ucapan selamat ulang tahun datang bertubi-tubi. Berbagai perayaaan ramai dilaksanakan. Lomba-lomba, pesta pora, hingga upacara pengibaran sang saka. Membicarakan ulang tahun Indonesia tidak lepas dari menunjuk diri kita sendiri. Ya tentunya, kita yang mengaku berkewarganegaraan Indonesia. Terlepas dari flashback perjuangan pahlawan masa lalu yang berhasil merdeka dari penjajahan bangsa lain, tentunya kita pun perlu merenungkan apa yang terjadi semenjak kita menjadi bagian dari bangsa ini, minimal sekarang-sekarang ini. Bahwa semua yang terjadi di dunia ini tentu saja memiliki hubungan satu sama lain itu adalah benar adanya. Hukum Mata Rantai berlaku? Jelas berlaku. Bangsa Indonesia adalah satu kesatuan dari individu-individunya. Kita tidak bisa membicarakan satu orang saja atau membicarakan bangsa itu sendiri tanpa peduli kualitas SDM-nya. Kekuatan sebuah tim ditentukan oleh mata rantainya yang paling lemah. Orang-orang terbaik belum tentu mampu menutupi kekurangan orang-orang yang dianggap kurang baik. Sebesar apapun usaha tim untuk menyembunyikannya, sebuah mata rantai yang lemah pasti akan terlihat. Itulah Hukum Mata Rantai. Yang lemah bukan untuk dibiarkan lemah. Yang lemah menunggu untuk diperbaiki bukan sekedar dimaki. Bagaimana bisa kita menuding presiden yang sedang menjabat tidak becus memimpin negeri kalau kita sendiri saja belum becus memimpin diri kita sendiri? Bagaimana bisa kita melakukan teror kepada pejabat-pejabat daerah kalau kita sendiri masih asyik melakukan plagiat sana sini demi mendapat nilai tinggi? Memangnya kalau kita bisa membenahi diri sendiri akan bisa mengubah nasib bangsa ini dalam waktu singkat? Tidak mungkin. Tapi kalau pertanyaannya apakah bisa mengubah, iya bisa. Semua butuh waktu dan proses yang panjang. Kalau dulu pahlawan kita bisa berjuang bertahun-tahun perang sana-sini berani bertaruh nyawa hanya bermodal  keyakinan "Kita pasti bisa merdeka!" yang entah kapan kenapa kita sekarang tidak bisa berbenah diri untuk kemajuan bangsa kita yang juga entah kapan?

Kemerdekaan bangsa adalah tanggung jawab kita bersama. Akarnya dari diri kita sendiri daaaan tentu saja anak-anak, para penerus bangsa. Pembentukan moral yang baik dan mental yang cinta bangsa adalah keharusan. Supaya usaha kita berbenah diri tidak terus-terusan berhiaskan embel-embel "untuk kemajuan bangsa kita yang entah kapan" melainkan menjadi grafik yang meningkat secara perlahan namun konsisten karena selalu lahir penerusnya.

Iseng-iseng saya googling Bapak Anies Baswedan. Ingin tahu kicaunya untuk perayaan ulang tahun bangsa ini. Akhirnya saya temukan di youtube, beliau berpesan untuk anak muda penerus bangsa :
"Jangan pilih jalan yang menurun. Jangan pilih jalan yang mendatar. Memang berat, memang sulit tapi di sana ada rute yang menuju pada puncak-puncak dan nantinya di puncak-puncak itu kalian bisa gaungkan pesan, kirimkan gagasan itu untuk melakukan perubahan. Anak muda tak pilih jalan mudah. Anak muda pilih jalan yang tangguh, jalan yang keras. Di hari kemerdekaan ini mari kita rayakan, mari kita banggakan. Mari kita kibar tinggikan merah putih itu. Jadikan bendera yang sederhana itu berkibar megah membanggakan karena dikibarkan dengan hati dan sepenuh hati. Selamat merayakan kemerdekaan, ijinkan kita untuk terus mengisi kemerdekaan ini dengan karya-karya gemilang yang membanggakan untuk semua."

Daripada kita sibuk nyinyir tentang kebijakan pemerintah yang menurut kita aneh dengan demo-demo yang ga jelas ujungnya. Daripada kita sibuk memaki kejelekan bangsa (yang berarti kejelekan kita bersama) melalui broadcast-broadcast kritikan yang belum tentu mengubah keadaan. Alangkah baiknya kita mulai melakukan aksi nyata melalui lini-lini kehidupan yang bidangnya memang sedang kita geluti untuk bersama membangun kemerdekaan bangsa dari tahun ke tahun.

Semoga perayaan kemerdekaan ini menjadi momen untuk memompa semangat yang makin menyala-nyala sekaligus sebagai pengingat untuk menjadi pribadi yang lebih berkualitas demi tercapainya kemerdekaan sesungguhnya yang selama ini kita impi-impikan. Dirgahayu Indonesiaku!

Kamis, 04 Agustus 2016

Rindu

Aku bener-bener ga paham maksud Tuhan mempertemukan kita. Kenapa harus ada perkenalan itu. Kenapa harus ada tujuan yang sama waktu hujan deras di hari itu. Kenapa harus ada obrolan asyik sampai pagi. Kenapa harus ada kedekatan itu dan kenapa harus ada rutinitas yang akhirnya selalu kita lakukan bersama. Aku terlalu terbiasa ada kamu. Mungkin seperti oksigen yang kehadirannya terkadang tidak kita perhitungkan tapi kalau tidak ada maka kita akan mati. Ibarat anak ayam baru lahir yang selalu mengekor kemanapun si induk pergi dan jika induknya menghilang maka ia akan hilang arah. Atau bisa saja aku mengandaikan kita ini seperti air sabun dengan alat penghasil gelembung balon. Tanpa alatnya, air sabun tetaplah air sabun tidak akan pernah menghasilkan gelembung-gelembung mengudara yang seringkali mengukir tawa anak-anak yang memainkannya. Hehe... Seperti kamu ya? Yang meskipun gemar membuatku menitikkan air mata tapi sering pula membuatku tertawa.

Apa kabar kamu disana? Semoga baik-baik saja. Aku disini tidak pernah benar-benar baik-baik saja tanpa kamu. Apalagi kalau kamu tanyakan itu pada hatiku. Tapi aku sedang dan akan selalu berusaha. Doakan berhasil ya! Sehingga jika kamu terlalu sibuk dengan dirimu sendiri seperti akhir-akhir ini dan nantinya kamu benar-benar melupakanku, aku sudah siap untuk itu. Aku sadar bahwa sekarang aku bukan lagi bagian dari setiap rutinitasmu seperti dulu. Aku ini tidak lebih dari teman chatting di kala senggang dan teman berbincang di kala hampir mengantuk. Itupun jika kamu masih ada waktu tersisa di malam hari. Dan bodohnya, aku masih selalu berharap ada sisa sedikit waktu untukku di setiap malammu. Bodohnya lagi, aku selalu berusaha menghentikan aktivitas di jam tertentu bukan karena takut pulang malam, bukan karena takut terjadi apa-apa di jalan, hanya ingin menunggu telfonmu bahkan jika akhirnya kamu baru menelfonku di saat aku sudah tertidur dalam keadaan menunggu. Rindu memang suka gitu. Bikin orang jadi susah menggunakan akal sehatnya.

Aku hanya terlalu rindu dengan rutinitas yang dulu. Aku hanya marah dengan keadaan yang membuat kita terlalu lama tidak bertatap muka. Aku hanya belum bisa menjadi kamu yang selalu bisa menjalani hidup dengan baik-baik saja ada atau tidak ada aku. Aku hanya jengkel dengan keadaanku yang seolah-olah sedang berdiri sendiri menahan rindu dan semua orang mengacuhkanku. Sebenernya sih, biar saja orang acuh asalkan kamu tidak, tapi sepertinya kamu juga mulai mengacuhkanku. Ah, sudahlah. Semoga kita sama-sama berbahagia dengan hidup kita masing-masing. Bersama ataupun tidak nantinya.

Rabu, 03 Agustus 2016

"Appetizer" di Awal Bulan Agustus

Sudah lama sekali rasanya saya tidak menulis. Fiuuuh! Mari kita menyimpan catatan kecil lagi disini. Hari itu hari Senin tanggal 1 Agustus 2016. Pagi hari seperti biasa, saya berangkat kerja dengan Pak Gojek. Ah, Bapak itu lagi. Sudah beberapa kali si bapak ini lah yang menjemput saya untuk mengantar kerja karena rumahnya memang tidak jauh dari kos saya. Waktu sudah menunjukkan pukul 07.50 WIB dan itu artinya? Saya terlambat.

Percakapan dimulai dengan curhatan saya yang kesel banget sama Pak Gojek yang mengambil orderan sebelumnya yang secara ga langsung bikin saya terlambat masuk kerja. Aturannya begini :
1. Kita order
2. Pencarian driver by system
3. Dapet driver
4. Driver harusnya langsung telfon pelanggan untuk konfirmasi
5. Driver menjemput pelanggan
Tapi yang terjadi sebelumnya adalah step nomor 1-3 lalu tidak ada kabar apapun, ditelfon susah, disms tidak dibalas dan oonnya saya mau nungguin ga langsung cancel. Kenapa nungguin? Karena biasanya driver yang deket-deket suka ga telfon dan tiba-tiba udah di depan kosan dan baru telfon kalau udah di depan kosan. Setelah 10 menit akhirnya telfon yang ditunggu-tunggu tiba daaaaaan Ybs menyuruh saya membatalkan pesanan karena jarak yang terlalu jauh. Kenapa ga bilaaaaang dari tadi :(

Pak Gojek yang akhirnya nganter saya ini bilang katanya driver yang baru-baru suka gitu. Kalau ngeliat kok bayarnya ngga cash tapi Go-Pay (sistem deposit di akun Gojek) suka minta cancel orderan karena kebanyakan dari mereka butuh uang cash. Tapi ngga semua driver berpikir begitu yaaa... Hanya sebagian. Beliau bilang lagi "Kalau driver yang lama-lama sih rata-rata ga pilih-pilih, Mba... Mau orderan apapun juga diambil aja. Kita kerja ini khan intinya tanggung jawab ya, Mba... Mau dikasih rejeki sedikit mau dikasih rejeki banyak, mau dapet duitnya langsung, mau dapet duitnya harus tunggu dulu, yang penting khan ada... Sekarang cari duit makin susah, udah bersyukur masih bisa dapet penghasilan yang halal dari ngojek gini."

Tuhan baik. Tuhan lagi-lagi nampar saya secara halus. Masih ada saatnya dimana saya bersungut-sungut dengan pekerjaan saya. Bosen lah, ga seru lah, gitu-gitu aja lah, dan sebagainya. Padahal masih bersyukur saya bisa join di sebuah chain hotel nasional yang namanya sudah sangat dikenal. Masih bersyukur saya digaji dan ga perlu panas-panasan. Masih bersyukur saya mendapatkan posisi jabatan yang sesuai dengan latar belakang pendidikan saya. Daaaan memang wajib bersyukur kalau melihat penghasilan per bulan disini. Mengingat masih banyak orang disana yang lagi bersusah payah cari-cari pekerjaan.

Selamat datang, Agustus! Semoga menjadi bulan yang penuh berkah seperti bulan-bulan sebelumnya. Mudah-mudahan kita semua semakin mudah mengucap syukur atas hal-hal kecil dalam kehidupan kita.