Aku bener-bener ga paham maksud Tuhan mempertemukan kita. Kenapa harus ada perkenalan itu. Kenapa harus ada tujuan yang sama waktu hujan deras di hari itu. Kenapa harus ada obrolan asyik sampai pagi. Kenapa harus ada kedekatan itu dan kenapa harus ada rutinitas yang akhirnya selalu kita lakukan bersama. Aku terlalu terbiasa ada kamu. Mungkin seperti oksigen yang kehadirannya terkadang tidak kita perhitungkan tapi kalau tidak ada maka kita akan mati. Ibarat anak ayam baru lahir yang selalu mengekor kemanapun si induk pergi dan jika induknya menghilang maka ia akan hilang arah. Atau bisa saja aku mengandaikan kita ini seperti air sabun dengan alat penghasil gelembung balon. Tanpa alatnya, air sabun tetaplah air sabun tidak akan pernah menghasilkan gelembung-gelembung mengudara yang seringkali mengukir tawa anak-anak yang memainkannya. Hehe... Seperti kamu ya? Yang meskipun gemar membuatku menitikkan air mata tapi sering pula membuatku tertawa.
Apa kabar kamu disana? Semoga baik-baik saja. Aku disini tidak pernah benar-benar baik-baik saja tanpa kamu. Apalagi kalau kamu tanyakan itu pada hatiku. Tapi aku sedang dan akan selalu berusaha. Doakan berhasil ya! Sehingga jika kamu terlalu sibuk dengan dirimu sendiri seperti akhir-akhir ini dan nantinya kamu benar-benar melupakanku, aku sudah siap untuk itu. Aku sadar bahwa sekarang aku bukan lagi bagian dari setiap rutinitasmu seperti dulu. Aku ini tidak lebih dari teman chatting di kala senggang dan teman berbincang di kala hampir mengantuk. Itupun jika kamu masih ada waktu tersisa di malam hari. Dan bodohnya, aku masih selalu berharap ada sisa sedikit waktu untukku di setiap malammu. Bodohnya lagi, aku selalu berusaha menghentikan aktivitas di jam tertentu bukan karena takut pulang malam, bukan karena takut terjadi apa-apa di jalan, hanya ingin menunggu telfonmu bahkan jika akhirnya kamu baru menelfonku di saat aku sudah tertidur dalam keadaan menunggu. Rindu memang suka gitu. Bikin orang jadi susah menggunakan akal sehatnya.
Aku hanya terlalu rindu dengan rutinitas yang dulu. Aku hanya marah dengan keadaan yang membuat kita terlalu lama tidak bertatap muka. Aku hanya belum bisa menjadi kamu yang selalu bisa menjalani hidup dengan baik-baik saja ada atau tidak ada aku. Aku hanya jengkel dengan keadaanku yang seolah-olah sedang berdiri sendiri menahan rindu dan semua orang mengacuhkanku. Sebenernya sih, biar saja orang acuh asalkan kamu tidak, tapi sepertinya kamu juga mulai mengacuhkanku. Ah, sudahlah. Semoga kita sama-sama berbahagia dengan hidup kita masing-masing. Bersama ataupun tidak nantinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar