Ulang tahun. Momen ulang tahun seringkali menjadi kesempatan dimana kita bisa bersenang-senang merayakan kebahagiaan bersama orang-orang tersayang. Menikmati euphoria sehari menjadi raja atau ratu yang diberi ucapan selamat pada hari itu. Kesempatan untuk bersyukur karena masih bisa merayakan ulang tahun. Bersyukur karena masih diberi nafas hidup dari Yang Maha Kuasa. Bersyukur karena masih bisa menikmati berkat Tuhan dari hari ke hari. Terlepas dari itu semua, momen ulang tahun membuat kita tersadar bahwa sudah sejauh ini kita hidup dan sudah sejauh ini kita melangkah. Apa yang sudah kita perbuat hingga detik ini? Layakkah semuanya di hadapan Tuhan? Bermanfaatkah untuk hidup kita dan orang-orang di sekeliling kita? Rasa syukur dan penyesalan seakan menjadi satu paket di hari itu. Penyesalan bahwa ternyata selama ini lebih banyak waktu terbuang untuk hal yang sia-sia. Penyesalan bahwa ternyata kita belum cukup memberi manfaat untuk orang-orang di sekitar kita.
Rabu, 17 Agustus 2016. Ulang tahun Kemerdekaan Bangsa Indonesia menjadi buah bibir di seluruh penjuru negeri. Ucapan selamat ulang tahun datang bertubi-tubi. Berbagai perayaaan ramai dilaksanakan. Lomba-lomba, pesta pora, hingga upacara pengibaran sang saka. Membicarakan ulang tahun Indonesia tidak lepas dari menunjuk diri kita sendiri. Ya tentunya, kita yang mengaku berkewarganegaraan Indonesia. Terlepas dari flashback perjuangan pahlawan masa lalu yang berhasil merdeka dari penjajahan bangsa lain, tentunya kita pun perlu merenungkan apa yang terjadi semenjak kita menjadi bagian dari bangsa ini, minimal sekarang-sekarang ini. Bahwa semua yang terjadi di dunia ini tentu saja memiliki hubungan satu sama lain itu adalah benar adanya. Hukum Mata Rantai berlaku? Jelas berlaku. Bangsa Indonesia adalah satu kesatuan dari individu-individunya. Kita tidak bisa membicarakan satu orang saja atau membicarakan bangsa itu sendiri tanpa peduli kualitas SDM-nya. Kekuatan sebuah tim ditentukan oleh mata rantainya yang paling lemah. Orang-orang terbaik belum tentu mampu menutupi kekurangan orang-orang yang dianggap kurang baik. Sebesar apapun usaha tim untuk menyembunyikannya, sebuah mata rantai yang lemah pasti akan terlihat. Itulah Hukum Mata Rantai. Yang lemah bukan untuk dibiarkan lemah. Yang lemah menunggu untuk diperbaiki bukan sekedar dimaki. Bagaimana bisa kita menuding presiden yang sedang menjabat tidak becus memimpin negeri kalau kita sendiri saja belum becus memimpin diri kita sendiri? Bagaimana bisa kita melakukan teror kepada pejabat-pejabat daerah kalau kita sendiri masih asyik melakukan plagiat sana sini demi mendapat nilai tinggi? Memangnya kalau kita bisa membenahi diri sendiri akan bisa mengubah nasib bangsa ini dalam waktu singkat? Tidak mungkin. Tapi kalau pertanyaannya apakah bisa mengubah, iya bisa. Semua butuh waktu dan proses yang panjang. Kalau dulu pahlawan kita bisa berjuang bertahun-tahun perang sana-sini berani bertaruh nyawa hanya bermodal keyakinan "Kita pasti bisa merdeka!" yang entah kapan kenapa kita sekarang tidak bisa berbenah diri untuk kemajuan bangsa kita yang juga entah kapan?
Kemerdekaan bangsa adalah tanggung jawab kita bersama. Akarnya dari diri kita sendiri daaaan tentu saja anak-anak, para penerus bangsa. Pembentukan moral yang baik dan mental yang cinta bangsa adalah keharusan. Supaya usaha kita berbenah diri tidak terus-terusan berhiaskan embel-embel "untuk kemajuan bangsa kita yang entah kapan" melainkan menjadi grafik yang meningkat secara perlahan namun konsisten karena selalu lahir penerusnya.
Iseng-iseng saya googling Bapak Anies Baswedan. Ingin tahu kicaunya untuk perayaan ulang tahun bangsa ini. Akhirnya saya temukan di youtube, beliau berpesan untuk anak muda penerus bangsa :
"Jangan pilih jalan yang menurun. Jangan pilih jalan yang mendatar. Memang berat, memang sulit tapi di sana ada rute yang menuju pada puncak-puncak dan nantinya di puncak-puncak itu kalian bisa gaungkan pesan, kirimkan gagasan itu untuk melakukan perubahan. Anak muda tak pilih jalan mudah. Anak muda pilih jalan yang tangguh, jalan yang keras. Di hari kemerdekaan ini mari kita rayakan, mari kita banggakan. Mari kita kibar tinggikan merah putih itu. Jadikan bendera yang sederhana itu berkibar megah membanggakan karena dikibarkan dengan hati dan sepenuh hati. Selamat merayakan kemerdekaan, ijinkan kita untuk terus mengisi kemerdekaan ini dengan karya-karya gemilang yang membanggakan untuk semua."
Daripada kita sibuk nyinyir tentang kebijakan pemerintah yang menurut kita aneh dengan demo-demo yang ga jelas ujungnya. Daripada kita sibuk memaki kejelekan bangsa (yang berarti kejelekan kita bersama) melalui broadcast-broadcast kritikan yang belum tentu mengubah keadaan. Alangkah baiknya kita mulai melakukan aksi nyata melalui lini-lini kehidupan yang bidangnya memang sedang kita geluti untuk bersama membangun kemerdekaan bangsa dari tahun ke tahun.
Semoga perayaan kemerdekaan ini menjadi momen untuk memompa semangat yang makin menyala-nyala sekaligus sebagai pengingat untuk menjadi pribadi yang lebih berkualitas demi tercapainya kemerdekaan sesungguhnya yang selama ini kita impi-impikan. Dirgahayu Indonesiaku!
Merdekaa!!
BalasHapus